Partnerbhayangkara-Jakarta- Saat ini kita sedang berada di tengah dunia yang dipenuhi suara media sosial, influencer, dan algoritma yang sementara mendikte publik seolah mereka merupakan sumber informasi yang setara bahkan lebih akurat dan terpercaya dibandingkan media massa resmi.
Apa yang terjadi hari ini tentu akam memunculkan sebuah pertanyaan sederhana, Masihkah jurnalis dibutuhkan?
Di era informasi instan, semua orang bisa menjadi “pembawa berita”, namun tidak semua bisa menjadi jurnalis.
Perbedaan terletak pada niat dan nilai. Seorang jurnalis sejati menulis bukan demi klik, bukan demi sensasi, apalagi demi imbalan.
Mereka menulis karena ada yang perlu disuarakan, ada kebenaran yang harus diperjuangkan, ada ketidakadilan yang tak boleh dibiarkan.
Jurnalis sejati tahu bahwa pekerjaannya bukan sekadar menulis, tetapi merawat nurani publik. Mereka tidak mengikuti arus, mereka justru berenang melawannya jika arus itu membawa kebohongan.
Mereka tidak mengejar pujian, tapi kebenaran. Dan di situlah kekuatan tulisan mereka yang lahir dari kejujuran akan selalu menemukan tempat di hati pembaca.
Memang, di zaman sekarang, suara jurnalis bisa tenggelam dalam hiruk-pikuk opini dan berita palsu. Tapi justru karena itu, peran mereka menjadi semakin vital. Mereka adalah penjaga pintu terakhir yang memisahkan fakta dari fiksi, realita dari manipulasi.
Tidak hanya dibutuhkan mereka adalah pondasi yang menopang demokrasi, keadilan, dan kebenaran.Dan selama masih ada yang berani menulis tanpa pamrih, dunia belum kehilangan arah.
Jadi, apakah jurnalis masih dibutuhkan? Silahkan tinggalkan komentar anda dibawah artikel ini.
Penulis : Cheryil Apriani