Partnerbhayangkara-Garut- Setiap tanggal 10 November seluruh bangsa Indonesia memperingati hari pahlawan nasional. Peristiwa perang melawan sekutu di Surabaya 10 November 1945 yang dijadikan dasar hari pahlawan tersebut. Tokoh sentral pada perang di Surabaya yaitu Bung Tomo. Namun Bung Tomo juga pada waktu itu menyeru dengan suara takbir yang bergetar kepada semua kekuatan bangsa, para tokoh, para kiai di seluruh Indonesia untuk ikut bergabung mempertahankan kemerdekaan yang baru empat bulan usianya itu.
Salah satu kiai yang tergerak hatinya untuk ikut berjuang di Surabaya yaitu KH. Mustofa Kamil dari Garut. Beliau dengan gagah berani memimpin pasukan Hizbullah bergerak pergi ke Surabaya untuk ikut berjuang melawan sekutu. Dari Garut menuju Banjar kemudian naik kereta api menuju Jogjakarta. Di Jogjakarta bertemu dengan Jenderal Sudirman. Sebelum melanjutkan perjalanan ke Surabaya, KH. Mustofa Kamil dengan pasukannya menerima arahan dari Jenderal Sudirman tentang berbagai strategi yang harus dilakukan ketika perang melawan sekutu.
Setelah menerima arahan dari Jenderal Sudirman, KH. Mustofa Kamil melanjutkan perjalanannya ke Surabaya. Di Surabaya KH. Mustofa Kamil langsung bergabung dengan pasukan Bung Tomo dan ikut berperang melawan sekutu.
Didalam sebuah pertempuran yang heroik tepatnya di daerah Gedangan Sidoarjo, KH. Mustofa Kamil gugur ditembak pasukan sekutu. Ia meninggal sebagai Syuhada. Pada awal kematiannya makam KH. Mustofa Kamil tidak diketahui entah di mana. Akhirnya ditemukan setelah masa pencarian lebih dari 20 tahun oleh keluarganya. Menurut keterangan dari keluarganya, kondisi jenazah beliau tetap utuh, darah dari bekas tembakan nampak masih segar. Jubah, sorban dan tasbehnya tetap utuh. Pemerintah Daerah Surabaya tidak mengizinkan jenazah beliah dibawa ke Garut. Jenazah KH. Mustofa Kamil dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Surabaya. Setiap peringatan hari pahlawan keluarga almarhum biasanya diundang ke Surabaya untuk ikut upacara di sana.
Melihat begitu besarnya jasa KH. Mustofa Kamil dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, pemerintah menetapkan almarhum sebagai perintis kemerdekaan. Pemerintah Garut sudah dua kali mengusulkan beliau sebagai pahlawan nasional. Namun belum disetujui. Semoga di era Presiden Prabowo Subianto disetujui sebagai pahlawan nasional kebanggaan masyarakat Garut.
(Budi Suhardiman/Red)